Minggu, 25 Oktober 2009

Pesan menurut Tradisi Sosiopsikologis

Ruang lingkup Pesan:

- Bagaimana menggunakan bahasa- kata dan kalimat?

- Bagaimana menyampaikannya?

- Petunjuk nonverbal dan perilaku apa saja yang menyertainya?

Fokus Sosiopsikologis:

- Komunikator individual dalam mengelola pesan

- Berorientasi kognitif dalam menjelaskan bagaimana individu mengeintegrasikan informasi dan merencanakan pesan.

- Pilihan dan strategi individu dalam mencapai tujuan pesan, dan perbedaan pada tiap individu dalam merencanakan pesan dan disainnya

Teori dan Model:

(1) Teori Action Assembly, (2) Model Strategy Choice, (3) Model Message Design, dan (4) Teori Semantic Meaning

Teori Action Assembly

John Greene:

n Menyelidiki cara kita mengorganisasikan pengetahuan di pikiran kita dan menggunakannya untuk membentuk pesan.

n Pesan dibentuk berdasarkan:

(a) Content Knowledge. Kita tahu sesuatu.

(b) Procedural Knowledge. Kita tahu bagaimana melakukan sesuatu.

Penjelasan: Kumpulan pengetahuan tentang perilaku, konsekuesi, dan situasi yang saling terkait yang kita rangkai di pikiran menjadi prosedur kita berperilaku.

n Procedural Records. Pengetahuan2 yang sering kita aktifkan secara bersama-sama yang kemudian terekam kuat di pikiran kita.

n Selecting. Kita melakukan seleksi terhadap rekaman sejumlah prosedur perilaku dan memilih beberapa yang paling cocok untuk diterapkan dalam situasi tertentu supaya konsekuensi yang kita harapkan terjadi.

n Unitized Assemblies. Perilaku yang terprogram, yang sudah menjadi kebiasaan.

n Output Representation. Rencana yang timbul di pikiran kita mengenai tindakan yang akan kita ambil ketika menghadapi situasi tertentu.

n Coalition. Sejumlah prosedur yang berbeda terpicu muncul di pikiran, kemudian saling berkoalisi menyusun rencana2 dalam bentuk Output Representation.

n Decay. Rencana yang yang kurang relevan akan tersingkir dengan sendirinya.

Model2 Strategy Choice:

Compliance Gaining

Mendapatkan kepatuhan orang lain.Tujuan komunikasi umumnya adalah agar orang lain mengikuti keinginan kita.

Gerald Marwell dan David Schmitt:

n Pendekatan teori pertukaran. Kepatuhan didapat setelah pencari kepatuhan menukarkannya dengan sesuatu yang lain yang ia tawarkan.

n Model ini berorientasi kekuasaan atau berdasarkan sumber daya yang dimiliki.

n Lima Straregi umum atau taktik memperoleh kepatuhan:

1. Rewarding (termasuk Promising)

2. Punishing (termasuk Threatening)

3. Expertise (termasuk memberitahu adanya Reward)

4. Impersonal Commitments (termasuk tuntutan moral)

5. Personal Commitments (seperti mengingatkan utang)

Lawrence Wheeless, Robert Barraclough, dan Robert Stewart:

n Kekuasaan merupakan akses kepada sumber2 yang berpengaruh. Besarnya kekuasaan kita adalah sebanyak kekuasaan yang menurut persepsi orang lain kita miliki.

n Tiga tipe umum kekuasaan:

1. Kemampuan yang dipersepsikan dapat memanipulasi konsekuensi suatu perbuatan. Misalnya, punishment and reward.

2. Kemampuan yang dipersepsikan dapat menentukan posisi seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

3. Kemampuan yang dipersepsikan dapat memutuskan nilai yang harus diberlakukan atau kewajiban yang perlu dikerjakan..

Constructivism

Jesse Delia: Individu menginterpretasi dan bertindak menurut kategori2 konseptual di pikiran. Realitas mengemuka setelah disaring melalui cara tiap orang melihat sesuatu.

Sebagian didasarkan pada Teori Personal Constructs George Kelly:

n Kita memahami pengalaman dengan mengelompokkan kejadian menurut kesamaan dan membuat pembedaan antar sesuatu hal.

n Perbedaan dibuat di dalam sistem kognisi individu.

n Dengan mengklasifikasi pengalaman ke dalam kategori2, individu memberi makna.

n Konstruk diorganisasikan ke dalam skema interpretatif- yang berkembang mengikuti kedewasaan seseorang dan interaksinya dengan orang lain.

n Cognitive Differentiation. Banyaknya konstruk yang kita pakai untuk membahas topik tertentu

Delia:

n Pesan bervariasi menurut tingkat kompleksitasnya. Pesan yang kompleks berisi tujuan2 yang terpisah untuk dicapai secara bersamaan.

n Perceptive Taking. Kemampuan seseorang membuat pesannya dimengerti karena kompleksitas kognitif yang dimilikinya untuk mengerti perspektif orang lain.

n Person-Centered Communication. Menyesuaikan komunikasi seseorang dengan orang lain.

Politeness Strategies

Kesantunan atau menyelamatkan muka orang lain, sering menjadi salah satu tujuan yang kita ingin capai.

Penelope Brown dan Steven Levinson:

n Setiap hari kita merancang pesan yang menyelamatkan wajah sekaligus mencapai tujuan lainnya. Karena itu, kesantunan adalah nilai yang universal yang terdapat di semua budaya.

n Face Needs. Setiap orang butuh dihargai dan dilindungi.

n Positive Face. Hasrat untuk dihargai dan diakui, disukai dan dihormati.

n Negative Face. Hasrat untuk bebas dari beban dan gangguan.

n Face-Threatening Acts (FTAs). Kita melakukan aksi mengancam ini setiap saat kita merasa perilaku kita berpotensi gagal memenuhi Face Needs.

Model2 Message Design:

Planning Theory

Charles Berger:

n Proses yang ditempuh individu dalam merencanakan perilaku komunikasinya.

n Rencana2 adalah representasi kognitif yang hirarkis atas rangkaian aksi yang mempunyai tujuan. Atau dengan kata lain, langkah2 yang kita bayangkan untuk mencapai tujuan.

n Social Goals. Komunikasi menjadi penting untuk memenuhi tujuan sosial.

n Metagoals. Tujuan2 yang merupakan bagian dari proses perencanaan itu sendiri; sebagai panduan bagi rencana yang kita buat.

n Canned Plans. Rencana yang tersimpan di memori jangka panjang kita.

n Working Memory. Tempat kita dapat menggunakan beberapa bagian dari rencana, pengetahuan, dan pemikiran kreatif lama kita sebagai cara untuk mendekati masalah.

n Specific Domain Knowledge. Informasi tentang topik rencana kita.

n General Domain Knowledge. Informasi tentang bagaimana mengkomunikasikannya.

n Low-Level Plan Hierarchy Alterations. Mencoba aksi lain yang spesifik.

n Kelayakan sosial adalah metagoal yang penting.

n Action Fluidity. Kenyamanan dalam melaksanakan rencana.

Message Design Logic

Barbara O’Keefe:

n Pikiran tiap orang berbeda mengenai komunikasi dan pesan, dan merekapun memakai logika yang berbeda dalam memutuskan apa yang mereka katakan kepada orang lain dalam situasi yang mereka hadapi.

n Istilah logika disain pesan menggambarkan proses di balik pesan.

n Expressive Logic. Komunikasi sebagai alat ekspresi diriuntuk mengkomunikasikan perasaan dan pikiran. Maka pesannya terbuka dan bersifat reaktif. Self-centered, bukannya person-centered.

n Conventional Logic. Komunikasi sebagai permainan yang dimainkan dengan mengikuti aturan. Sebagai alat ekspresi diri yang tunduk kepada aturan dan norma2, termasuk hak dan kewajiban tiap orang yang terlibat. Pesannya santun, pantas, sesuai aturan yang tiap orang sudah ketahui.

n Rethorical Logic. Komunikasi sebagai cara mengubah aturan melalui negosiasi. Pesannya didisain fleksibel, penuh ide, dan person-centered. Persuasi dan kesopanan menjadi tujuan yang harus sama2 dicapai.

n Message Diversity. Situasi yang membuat pesan bisa berbeda atau sama.

Semantic Meaning Theory

Interpretasi adalah istilah untuk cara kita memahami pengalaman kita. Untuk itu, makna dipelajari, dan karenanya berhubungan dengan pikiran dan perilaku.

Charles Osgood:

n Learning Theory: Hubungan Stimuli – Respon berpengaruh dalam menciptakan makna.

n Urutan proses S – R: (1) Stimuli Fisik, (2) Respon Internal, (3) Stimuli Internal, (4) Respon Keluar.

n Connotative. Makna yang bersifat internal dan unik menurut pengalaman pribadi individu terhadap stimuli alami.

n Makna juga merupakan hasil dari dipelajarinya hubungan antar tanda. Berlangsung secara abstrak, tanpa kontak fisik dengan stimuli aslinya.

n Semantic Differentials. Metode pengukuran makna dengan memakai kata2 sifat untuk mengekspresikan konotasi kita terhadap stimuli, termasuk tanda.

n Factor Analysis. Teknik statistik untuk mencari dimensi dasar makna.

n Semantic Space Theory. Makna kita terhadap tanda terdapat di alam metaforis tiga dimensi berikut:

1. Evaluation (baik atau buruk)

2. Activity (aktif atau tidak aktif)

3. Potency (kuat atau lemah)