Senin, 08 September 2008

POLITISI VS PENJUAL OBAT


Kebanyakan ilmuwan politik hanya sibuk melihat struktur serta rasionalitas politik namun dalam pandangan saya, antara analisis politik dan kultural sangat berbeda. Pendekatan politik terlampau banyak berkutat pada aspek kelembagaan baik berupa partai politik, institusi, hingga mekanisme dan hubungan antar lembaga. Pendekatan ini tidak banyak membahas manusia sebab berasumsi bahwa manusia adalah objek dari sebuah struktur, yang prilakunya akan mengikuti tata nilai yang lazim dalam struktur tersebut. Inilah yang membuat analisis kultural menjadi menarik.
Jika selama ini politik hanya dipahami sebagai arena di mana terjadi kontestasi dan pergulatan demi kemaslahatan bangsa dan negara, maka di level kultural, semuanya bisa diobrak-abrik. Perilaku manusia tidak selamanya dibimbing oleh nilai-nilai yang ideal atau adiluhung tersebut. Prilaku manusia justru bergerak karena perkara remeh-temeh, yang boleh jadi dipandang tidak penting oleh orang banyak. Misalnya saja, keinginan untuk kian mengepulkan asap dapur atau keinginan untuk punya mobil baru. Semuanya adalah hal yang manusiawi dan berada di level kultural yang jarang dijamah para ilmuwan politik. Persoalan itu dianggap tidak penting, padahal itu bisa menjadi awal dari pagelaran besar bernama partai politik dan demokrasi di negara ini. Hehehehe….. Itulah uniknya manusia. Itulah enaknya membedah politik dengan pendekatan kultural sebab analisisnya tidak melangit, melainkan membumi.
TULISAN Emanuel Subangun di Kompas , Selasa (15/4), yang berjudul “Pemasaran Partai Politik” sangat inspiratif. Salah satu penggagas pandangan post-modernisme di Indonesia itu memaparkan tesis yang sungguh menarik tentang bagaimana fenomena mereka yang sibuk di partai politik. Baiklah, saya kutipkan bagian dari penjelasan Subangun yang bikin saya terpingkal-pingkal.
Dalam buku teks ilmu politik lazim disebutkan, berpolitik adalah perjuangan untuk duduk dalam jabatan publik nan politik (public office). Jabatan ini dimaksudkan sebagai sarana merumuskan dan menjalankan kebijakan publik (public policy) demi kemaslahatan rakyat banyak. Akan tetapi, jika mengingat keadaan sekarang di mana pengangguran kaum terdidik di Indonesia amat tinggi karena ekonomi sedang macet, mencari ”jabatan publik” dapat berubah mencari pekerjaan dalam hubungan dengan lowongan kerja. Maka, menjadi pengurus partai tak ubahnya melamar pekerjaan. Kini, dalam pasar kerja yang sempit, duduk di pemerintahan adalah jaminan bahwa upah akan berlimpah karena negara kita subur. Seperti orang muda bermimpi bekerja di perusahaan asing karena gaji dibayar dengan dollar.

Membaca bagian ini, saya langsung tertawa terbahak-bahak. Sebelumnya, saya sudah menyadari fenomena ini. Namun Subangun seakan membuka mata saya untuk melihat lebih terang bahwa politik di negeri ini bukanlah perkara bagaimana mengejawantahkan cita ideal demi mensejahterakan masyarakat. Ternyata, politik tidak lebih dari sebuah pasar kerja di mana banyak pedagang yang menjajakan barang. Mekanisme demokrasi dan ketatanegaraan hanyalah sebuah aturan atau rambu-rambu yang berlaku di pasar. Partai politik dan para fungsionarisnya tidak lebih dari pedagang-pedagang yang sibuk menawarkan barang dengan beragam cara. Pembelinya adalah rakyat Indonesia yang boleh jadi terbagi atas beberapa kategori, mulai dari yang acuh, sampai yang sinis melihat realitas politik. Kata Subangun, ranah politik ibarat sebuah pameran lowongan kerja di mana banyak orang akan sibuk berbondong-bondong masuk ke dalam antrian. Tema-tema kerakyatan serta kesejahteraan menjadi jurus ampuh untuk memikat pencari kerja. Maka, berdirilah banyak partai politik baru dengan para personel yang berharap dapat tambahan penghasilan baru.

Masalahnya, analisis itu hanya tepat bagi mereka yang pengangguran dan ingin masuk partai politik demi penghasilan baru. Lantas, bagaimana dengan mereka yang udah kaya? Jawabannya ada dua hal. Pertama, mereka ingin tambah kaya sebab akan mendapatkan insentif dari semua proyek pembangunan yang ada di daerahnya. Kedua, mereka ingin melestarikan kekayaannya dengan cara membangun dinasti politik yang kelak mengamnkan semua aset dan kekayaannya. Itulah politik Indonesia. Masih tak beranjak dari urusan perut dan arena pamer kekuasaan.
Saya merasa geli karena selama ini saya termasuk orang yang kadang terjebak arus dan suka mensakralkan politik. Sering saya terkagum-kagum saat melihat para politisi sibuk kampanye dan memberi janji-janji kepada warga. Saya kadang terjebak juga dengan kekaguman banyak orang karena seorang kandidat di pilkada punya baliho paling cantik. Saya pernah juga tersentuh dengan janji-janji yang katanya hendak mensejahterakan orang banyak. Padahal, sebagaimana diisyaratkan Subangun, para politisi itu tidak lebih dari penjual obat yang sedang sibuk menawarkan dagangan. “Pokoknya, barangnya laku dulu. Persoalan apakah obat itu manjur atau tidak, itu adalah urusan belakangan,” demikian kata penjual obat di kampungku saat kutanya rahasianya.

Nah, bagaimana dengan persoalan ideologi partai? Ah... itu semua Cuma strategi marketing saja kok. Persoalan ideologi itu tak ada bedanya dengan teriakan yang mengabarkan sejauh mana kecanggihan obat tersebut. Semuanya hanya persoalan bagaimana agar “jualan” tersebut dengan gampang terjual ke publik. Makanya, analisis yang memetakan kekuatan nasionalis dan islami itu hanyalah analisis yang lucu-lucuan, tanpa melihat konteks apa yang sesungguhnya terjadi. Hari ini, saya baca Kompas, dan menemukan analisis serupa dilontarkan pengamat politik Indra J Piliang dan Sukardi Rinakit. Mereka menganalisis kemenangan kader PKS dan PAN di Pilkada Jabar. “Suara kubu nasionalis terpecah jadi dua. Makanya, kubu Islam bisa melenggang dan jadi pemenang,” kata Indra.Ini analisis terlucu yang pernah saya dengar. Bayangin, mereka berpikir bahwa realits nasionalis dan Islami seolah-olah itu adalah realitas yang sejati atau real. Apakah ada realitas itu? Ah saya tidak yakin. Saya rasa, batas-batas realitas itu sudah kabur dan harus diperdebatkan. Padahal, itu cuma persoalan bungkus saja. Itu cuma persoalan kemasan yang hendak ditawarkan kepada orang banyak. Kemasan yang sama saja dengan gaya retorik penjual obat yang sedang berteriak, “Obat ini didatangkan langsung dari Jerman, Lihat saja bentuknya seperti rudal yang akan langsung membom penyakit bapak-bapak. Makanya beli obat saya,” katanya. Yah.... inilah politik. (MYD)

Alifian Mallarangeng dan Oportunisme Politik


Saya mengenal sosok Alifian sudah cukup lama (sementara ia sendiri sama sekali tidak mengenalku). Di tahun 1998, ia datang ke Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk menjadi dosen setelah menyelesaikan pendidikannya di satu universitas di Amerika Serikat (AS). Menurut informasi, ia menuntaskan pendidikan S1-nya di Universitas Gadjah Mada (UGM). Kedatangannya di Unhas membersitkan rasa kagum dari banyak mahasiswa termasuk saya yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa baru. Saya kagum karena sering melihatnya ikut dalam diskusi di koridor kampus atau di lantai di Baruga Andi Pangerang Pettarani, selain melihatnya tampil di TV tentunya. Bagiku, Alifian adalah sosok yang cerdas, dan sangat merakyat sebab bersedia duduk di lantai kotor untuk membagikan pengetahuannya kepada mahasiswa.

Bahkan di saat mahasiswa Unhas berdemonstrasi dalam bara reformasi, Alifian ikut menemani mahasiswa untuk turun ke jalan. Pernah, saya melihatnya ikut menemani mahasiswa Unhas yang berjalan kaki sekitar enam kilometer dari kampus Unhas menuju kantor Gubernur Sulsel untuk menentang kebijakan pemerintah. Saat itu, Alifian adalah sosok yang sempurna sebagai akademisi yang rela turun gunung demi mendengungkan suara intelektual untuk perubahan. Ia juga membuka pintu rumahnya di kawasan Pengayoman, Makassar, untuk berdiskusi dengan siapa saja mengenai tema politik, khususnya tema otonomi daerah. Pendeknya, Alifian adalah dosen yang sangat membanggakan.

Hingga suatu hari, saya terkejut ketika mendengarnya meninggalkan Unhas. Ia merasa kecewa karena sebagai dosen, ia tidak menerima banyak fasilitas sebagaimana layaknya dosen yang ada di luar negeri. “Bagaimana saya mau betah mengajar. Masak, meja kecil untuk saya duduk dan meletakkan foto istri saya tidak disediakan pihak kampus,” katanya dengan penuh nada protes. Memang, di Unhas tak banyak fasilitas buat dosen. Mereka tak punya ruangan pribadi dan ada meja serta buku-buku. Mereka hanya duduk-duduk di aula dosen untuk menunggu waktu mengajar. Ternyata, Alifian merasa kecewa. Tapi menurut informasi yang beredar di kampus Unhas, ia meninggalkan kampus bukan karena kecewa. Ia menerima tawaran yang menggiurkan yaitu menjadi pengajar senior di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) dan mendapatkan gaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan Unhas.

Mendengar cerita itu, kekagumanku langsung memudar. Jika itu benar, artinya naluri selebriti dan duit lebih mendarah daging dalam dirinya, ketimbang berada di lapangan (field) untuk mencari tantangan, berdialog dengan komunitas, serta menyaksikan langsung denyut nadi perubahan. Ia tak tahan menceburkan diri di tempat yang jauh dari kekuasaan. Sebagai dosen IIP, ia tak lama mengajar. Selanjutnya ia menjadi anggota KPU, yang kemudian menjadi batu loncatan bagi kariernya kelak. Ia cukup sukses menggelar Pemilu demokratis yang bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu Pemilu 1999. Pada awal tahun 2000, masa jabatannya di KPU berakhir. Ia sempat menjadi pemandu talkshow yang populer bersama sosiolog Imam Prasodjo.

Selanjutnya, Alifian memasuki gelanggang partai dan bergabung dengan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (Partai PDK) di bawah pimpinan Ryaan Rasyid. Maka mulailah petualangan Alifian di jalur politik. Dalam setiap kampanye Partai PDK, nama dan fotonya selalu dipasang berdampingan dengan foto Ryaas Rasyid. beberapa kali kunjungannya ke Makassar. Ia sering menemui ulama di Sulsel dan meminta restu kalau dirinya hendak menjadi presiden. Saat difoto wartawan, ia langsung mencium tangan ulama sambil berjanji bahwa siri’na pacce atau harga diri orang Bugis akan dijunjungnya tinggi-tinggi. Suatu janji yang belakangan dilupainya.

Ia menjadi caleg untuk daerah pemilihan Jakarta. Sayang sekali, namanya tenggelam. Hasil pemilu 2004 hanya sedikit mencatat perolehan suaranya. Meski cukup populer, ia tidak dipilih oleh rakyat sehingga gagal memasuki gelanggang Senayan. Namun Alifian tak kehabisan akal. Di ajang pemilihan presiden, ia berbalik haluan. Ketika Ryaas dan Partai PDK memilih dukungan ke Wiranto, Alifian justru berbeda pendapat. Ia mengemukakan penolakannya. Alasannya, Wiranto adalah seorang militer yang justru bisa menghambat proses demokratisasi. Ia mengesankan dirinya seolah-olah anti militer. Dan publik terkejut ketika ia memilih mendukung SBY yang nota bene juga berasal dari kalangan militer. Ketika SBY menang, ia keluar dari Partai PDK sehingga membuat orang-orang di partai itu marah-marah. Kata Ryaas, “Itu si Daeng Anto (nama panggilan Alifian di Parepare), bohong besar kalau alasannya keluar dari PDK karena isu Wiranto. Sejak dulu dia mau keluar karena masih mau jadi selebritis dan selalu tampil di tivi. Dia merasa mati karier kalau sama kita. Makanya dia suka bohong. Dasar!! Tidak konsisten!!”

Ryaas merasa kesal dengan sikap Alifian. Dalam banyak kesempatan saat ke Makassar, Ryaas selalu mengatakan itu. Namun Alifian tetap tidak bergeming. Terbukti, pilihannya mendukung SBY dirasanya tepat, sebab SBY kemudian memenangkan pilpres. Ia lalu ditunjuk sebagai jubir presiden. Ia memilih meninggalkan semua teman-temannya baik di Unhas, IIP, kemudian Partai PDK. Dan ia selalu tidak mau menyinggung-nyinggung masa lalunya itu.

Sebgai JUBIR presiden saya melihatnya udah keterlaluan menjilatnya. Mungkin, ia sedang menjalankan tugasnya dengan efektif sebagai seorang jubir, namun bagiku ia adalah seorang intelektual yang semestinya bisa lebih proporsional dalam melihat permasalahan. Mestinya, ia juga mengakui kelemahan di berbagai sisi, kemudian menjelaskan proses-proses politik yang terjadi sehingga mempengaruhi berbagai keputusan pemerintah. Kelemahan adalah perkara yang sangat manusiawi dan melalui kelemahan itu, manusia kian tertantang untuk mengembangkan pemikiran serta strategi kebudayaan untuk mengubah masalah menjadi titian melangkah. Sayang sekali, dalam dialog itu Alifian selalu melihat pemerintah sebagai sosok Superman yang selalu sempurna. (*MYD*)

Sabtu, 06 September 2008

ANTARA DIRIKU, DIRINYA DAN DIRINYA (Its About Love, Hate and Everythings Between"

Skenario


01. INT. KAFE: AFTERNOON
Soundtrack : Blowers Daughter’s “Damien Rice”

Jam dinding kafe menunjukkan pukul 17.15 wib. Kafe ini lumayan ramai dari penGunjung, perlahan-lahan jalanan depan kafe mulai dipadati oleh lalu lintas kendaraan.
Beberapa pelayan sibuk melayani para pengunjung, ada yang menuangkan softdrink ke dalam gelas, membersihkan meja dan ada yang lagi menawarkan menu. Di sisi lain beberapa pengunjung sedang menikmati suasana kafe. Tiga orang bapak-bapak sedang tertawa sambil merokok, sepasang muda-mudi lagi foto bareng pake Hp, seorang eksekutif cewek lagi mengetik pake laptop, seorang cowok melamun sendirian, sepasang muda- mudi lagi ngobrol di selingi canda dan tawa. Seorang cowok berambut botak bertubuh kekar sedang tersenyum-senyum mencuri-curi pandang ke salah seorang pelayan cewek yang manis. Di sudut lain seorang cowok berambut cepak bertubuh gempal juga memberikan senyuman kepada pelayan tadi.
Sang pelayan membalas senyuman mereka….
Di sebuah meja dekat pintu masuk mengarah keluar Seorang cowok yang akan kita kenal dengan nama Bimo duduk ditemani oleh dua orang cewek di dalam sebuah kafe. Bimo duduk menghadap kursi kosong, di samping kanan ada seorang cewek yang akan kita kenal dengan nama Mutiara dan di samping kirinya juga ada seorang cewek yang akan kita kenal dengan nama Sheila.
Jari telunjuk kanan Bimo bergoyang-goyang mengetuk-ngetuk tiang kursi yang disandarnya. Bimo mengenakan kaos putih bercelana kargo coklat bersepatu converse, Mutiara memakaijilbab warna biru dipadu dengan gamis terusan warna senadadan Sheila memakai dalaman tanktop warna putih dialut semi gaun warna biru tembus pandang dibalut dengan celana jeans warna biru muda, rambut panjangnya dibiarkan tergerai.
Di atas meja terdapat 3 gelas minuman, sebuah asbak dan vas bunga. Bimo dengan green sands, Mutiara dengan juice melonnya, dan Sheila dengan cappucino float.
Mutiara menatap sayu ke pada Bimo. Bimo tak membalas tatapannya, pandangannya masih lurus ke depan menembus jendela ke arah jalanan. Sheila menatap Mutiara lalu mengarah ke bimo. Bimo tetap diam. Dengan tatapan kosong. Sheila memperbaiki posisi duduknya sembari membenarkan rambut polemnya yang terjatuh menutupi wajahnya. Mutiara menatap Sheila lalu ke arah Bimo. Bimo menatap Mutiara kemudian Sheila.
Seorang Eksekutif cewek yang sedang sibuk dengan keyboard laptop sejenak menatap ke arah mereka, mengerutkan dahinya, tersenyum tipis lalu melanjutkan kembali aktivitasnya. Bimo menarik nafas mencoba menenangkan dirinya, ia memegang sudut belakang bawah telinga kanannya lau menggaruk garuk bagian belakang kepalanya. Sheila menatap ke Mutiara lalu ke arah Bimo. Bimo berusaha tenang menatap ke luar kafe.
Bimo Menutup wajahnya dengan kedua tangannya sembari menyadarkan diri di kursi….
Fade out
Black screen
BIMO (V.O) :
hidup ini di mulai dengan kita memilih...
Fade In
02. INT. KAMAR BERSALIN: DAY
Latar Musik dengan Bit Sedang
Atmosphere Sound : Suasana
Seorang Ibu sedang di USG. Di monitor kita bisa melihat pergerakan bayi. Sang Ibu tersenyum melihatnya.
Seorang Ibu yang lain sedang dalam proses melahirkan ditemani oleh seorang bidan dan suaminya.
Bayi mungil yang baru saja lahir menangis di tangan seorang Bidan. Bidan tersenyum, ayah dan ibunya ikut tersenyum bahagia, tangisan bayi semakin mengeras.
BIMO (V.O) :
Sejak dalam kandungan kita sudah diberi pilihan, memilih untuk lahir ke dunia atau tidak dengan segala konsekuensinya.
Tapi Tuhan, Shang yang, God, Brahma, Allah atau apapun namanya sebagai pencipta tidak pernah memberikan kita kesempatan memilih untuk terlahir dari rahim siapa
Latar Musik Dengan Bit Cepat
CUT TO:
03. EXT. ANGKASA: DAY
CUT TO:
04. EXT. JALAN RAYA: DAY
CUT TO:
05. EXT. TROTOAR: DAY
CUT TO:
06. INT. KANTOR: DAY
CUT TO:
07. INT. PASAR: DAY
BIMO (V.O) :
Dalam sehari kita telah banyak melakukan pilihan.......
Seorang Ibu sedang memilih berbagai macam sayuran
CUT TO:
08. INT. KAMAR BIMO: PAGI
Sound Track : Kuliah Pagi “Harapan Jaya”
Jarum jam yang dari tadi berdetak kemudian tepat berhenti di angka enam pagi. Jam berbunyi. Bimo yang masih tertidur tiba-tiba terbangun, mengambil jam weker tersebut dan memasukkannya ke tempat sampah yang di dalamnya ternyata terdapat banyak bangkai jam weker.
BIMO (V.O) :
Memilih bangun di pagi hari
Memilih untuk mandi atau tidak
Memilih untuk memakai satu jenis shampo
(gambar Bimo sedang mandi di bawah shower dengan latar berbagai jenis shampo ).
BIMO (V.O) :
Memilih untuk memakai jenis sabun mandi
(gambar Bimo mengambil sabun dan memakainya)
BIMO (V.O) :
Deodorant
(gambar Bimo sedang memakai Dedorant)
BIMO (V.O) :
Memilih baju yang akan kita pakai
(gambar Bimo memilih berbagai baju di gantungan lemarinya Cut to Bimo
memakai baju)
BIMO (V.O) :
Celana
(gambar Bimo mengancingkan Resleting Celana kargonya lalu memutar-mutar badannya di depan cermin memandangi bagian belakang celananya)
BIMO (V.O) :
Parfum yang semakin hari menipiskan lapisan ozon bumi dengan gas Freon yang terkandung di dalamnya.
(gambar Bimo parfum yang mengandung CFO)
BIMO (V.O) :
Minyak rambut
(CU tangan Bimo mencolek minyak rambut gel dengan minyak rambut tersebut ia menata rambutnya sesuai dengan Trend masa kini)
BIMO (V.O) :
Memilih jenis sepatu
Gambar FS Bimo mengikat sepatu Insert Bimo memasukkan Kamera SLR
Bahkan memilih Hobby
09. INT. RUANG MAKAN: PAGI
Bimo memeriksa Menu sarapan yang tersaji di meja makan ia kurang bergairah dengan menu di pagi itu, hanya Mie Goreng dan Telor ceplok Dan memilih hanya meneguk Teh manis hangat yang juga tersaji, sebagai menu sarapan pagi itu.
BIMO (V.O) :
Memilih untuk sarapan atau tidak
10. Ext. TROTOAR : DAY
Latar Musik : Bit Cepat
Bimo berjalan menyusuri trotoar sambil sesekali memotret Objek gedung
CUT TO:
11. JALANAN MACET : DAY
Seorang eksekutif muda yang terjebak macet membeli Koran dari pedagang asongan dan membuka buka setiap halamannya seolah olah ingin mencari sesuatu yang menraik di situ.
BIMO (V.O) :
Membaca koran,
Insert : Bimo Memotretnya, eksekutif muda tersebut.(Frezz)
CUT TO:
12. INT.TAMAN SEKOLAH: DAY
Di kursi Taman duduk berjejeran
1 orang siswa SMU sedang membaca komik.
1 orang siswi SMU sedang membaca novel.
1 orang mahasiswi sedang membaca majalah.
BIMO (V.O) :
komik, novel, majalah,
CUT TO:
13. INT. MALL: DAY
Latar Musik : Spionase
Bimo sedang berdiri di pagar pembatas lantai atas sebuah Mall mencari Objek yang menarik dengan lensa tele kameranya spontan ia menangkap sesosok mahluk manis yang sedang memilih milih baju pada sebuah Butik di lantai Bawah, Lensa kamera Bimo mencari focus dan komposisi lalu Klik bimo memotretnya (frezz)
BIMO (V.O) :
Memilih gaya hidup
CUT TO:
Musik Menghilang
14. INT. BIOSKOP 21: DAY
Seorang cowok tanpa teman juga pacar, sedang memandangi poster Film (dengan judul: you stupid man)
BIMO (V.O) :
Memilih menonton film apa
CUT TO CUT :
19. INT. RUANG KELUARGA: DAY
1 orang pembokat ditemani kucing sedang nonton
telenovela.
1 orang anak band sedang nonton MTV.
1 orang banci sedang nonton infotainment.
1 keluarga sedang nonton sinetron.
BIMO (V.O) :
Telenovela, videoklip, infotainment (junkfood news) yang telah mengekspos kehidupan selebriti lebih dari 52 jam per minggu di 11 stasiun TV
Memilih menonton sinteron yang jarak antara dunia imajinasi dan relitas semakin dipersempit.
CUT TO:
20. INT. RENTAL KOMPUTER: DAY
Seorang mahasiswa sedang mengcopy paste tugas mid temannya.
BIMO (V.O) :
Memilih mencopy paste tugas-tugas kuliah.
Skripsi
Desertasi
CUT TO:
21. INT. RUANG KULIAH: DAY
Adegan mencontek di ruang ujian.
Salah seorang mahasiswa memberi contekan kepada teman yang ada di belakangnya, kemudian temannya memberikan contekan lagi kepada teman di belakangnya dan temannya lagi memberikan contekan kepada dosen pengawas yang berdiri dib belakang mengawasi gelagat curang mereka.
(insert CU : wajah kaget sang mahasiswa)
Soundtrack : Selingkuh “kangen band”
BIMO (V.O) :
Memilih untuk jujur atau tidak,
CUT TO:
22. INT. TAMAN: DAY
Seorang cowok sedang tertawa terbahak-bahak sambil menelepon dengan HP di bangku sebuah taman di seblahnya Sepasang muda-mudi sedang bertengkar, tiba tiba sang cowok pergi setelah mengibaskan tangan sang cewek yang menahannya untuk tidak pergi. akhirnya sang cewek berdiri sendiri dan menangis -camera Track in perlahan-
ATMOSFER – daun-daun berguguran.
BIMO (V.O) :
Tertawa, Marah, menangis
CUT TO:
23. EXT.BAWAH POHON RINDANG: DAY
Seorang cowok frustasi menggantungkan dirinya dengan seutas tali namun tali tersebut putus membuatnya jatuh terduduk di tanah.
BIMO (V.O) :
Ataupun Memilih mengakhiri hidup
CUT TO BACK:
24. INT. LARON KAFE: DAY
Sebuah pertengakaran kecil terjadi antara salah satu dari pasangan muda-mudi di kafe, sang cewek menangis sang cowok berusaha membujuknya agar berhenti menangis. Para pengunjung menatap ke arah mereka. Bimo, Mutiara dan Sheila juga.
BIMO (V.O) :
Satu hal yang tidak pernah lepas dari hidup ini adalah masalah......
kita selalu berhadapan dengan masalah.
Kita nggak perlu lari dari masalah atau bahkan sampai mencari masalah.
CUT TO:
26. EXT. HALTE BUS: NITE
Seorang cowok berkaca mata tebal berdiri sendiri di Halte menunggu Bus, tiba-tiba saja di rampok oleh tiga orang preman.
BIMO (V.O) :
Cukup tenang saja dan percaya diri masalah akan datang menghampiri....
CUT TO:
27. EXT. DEPAN RUMAH SEORANG CEWEK: DAY
Cowok berkaca mata tebal membawa bunga mawar putih hendak mengapeli cewek pujaannya, pada saat tiba di pintu pagar Rumah gadis dia harus menyaksikan sebuah kenyataan pahit yang mana sang pujaan sedang bermesraan dengan lelaki lain di teras rumahnya. Melihat semua itu sang cowok hanya bisa berdiri terpaku di pintu pagar and don’t know what supposed to do hanya berdiri dengan tubuh yang bergetar dan mata yang berkaca kaca, lalu petir menyambar nyambar, Hujan Turun, sebuah mawar putih terjatuh ke tanah, sebuah kaki menginjaknya dan perlahan lahan terkubur oleh tanah bercampur air.
Sound Track : Menghapus Jejakmu “ Peter Pan”
BIMO (V.O) :
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan
Sebuah keinginan yang tidak terpenuhi.
CUT TO:
28. INT. KAMAR COWOK : NITE
Cowok berkaca mata tebal sedang bersedih. Sambil menuliskan sebuah cerita dari pengalaman hidupnya di depan komputer.
BIMO (V.O) :
Dan Masalah terkadang menjadi sebuah kesempatan untuk mengerahkan kemampuan terbaik dari diri kita
yang menghadirkan sebuah inspirasi dalam berkarya.
CUT TO:
29. INT. PRESS CONFERENCE/ LAUNCH PELUNCURAN BUKU: DAY
Cowok berkaca mata tebal memamerkan sebuah novel dengan judul “JOMBLO ANTARA PILIHAN DAN KETIDAKMAMPUAN” di hadapan pers.
Next shot : Cowok berkaca mata tebal sibuk melayani permintaan tanda tangan oleh para penggemar bukunya yang menginginkan sampul dalam Bukunya ditanda tangani oleh sang pengarang.
CUT TO:
30. INT. LORONG GANG: DAY
Latar Musik Bit Cepat
Seorang anak kecil sedang berjalan tergopoh gopoh melewati sebuah gang, ketika ia melewatinya, ia di hadang dari depan dan belakang oleh segerombolan anak kecil lainnya yang menunjukkan gelagat sedang mengincar dirinya. Akhirnya ia memanjat tembok pagar untuk menghindar, sehingga dikira mencuri mangga oleh pemilik rumah. Akhirnya ia melompat kembali ke tengah Gang tadi dan menjadi bulan-bulanan dari beberapa anak kecil yang mengincarnya. Fade in Black screen dari suara rame tiba-tiba senyap fade out : anak kecil berjalan sendiri di tengah gang dengan rambut dan wajah berantakan,
BIMO (V.O) :
Masalah cenderung memaksa kita untuk mengambil sebuah pilihan.
tiba-tiba dari atas pagar muncul pemilik mangga tadi dan melempari anak tersebut dengan sandal yang tepat mendarat di wajahnya, POV kamera subjektif - Black Screen-
CUT TO BACK:
31. INT. LARON KAFE: DAY
CU Bimo menempelkan kedua telapak tangan di depan wajahnya seolah olah sedang merapal mantra dan kedua siku bertumpu ke meja perlahan Kamera menjauh dari bimo. memperlihatkan Mutiara dan juga Sheila.
Saat ini, Aku berada di titik tengah dari sebuah persimpangan. Aku tidak ke kanan juga tidak ke kiri. Aku benar benar stuck, Stuck in the middle.
CU Ekspresi dingin Sheila kemudian Mutiara.
Ini tentang rasa sayang, rasa benci dan hal-hal kecil yang ada di dalamnya.
CUT TO:
32. EXT. KAMPUS: DAY
Soundtrack : She “ Elvis Costello”
Mutiara dan kawan-kawannya sedang menggalang dana bantuan buat korban bencana alam.
Mutiara...adalah wanita terbaik yang pernah kumiliki..baginya hidup ini adalah bagaimana menjadi yang terbaik buat semua orang.
CUT TO:
33.INT. LOKET PEMBAYARAN SPP : DAY
Ia ibarat malaikat yang muncul disaat kau butuh.
Salah seorang cowok sedang keringat dingin mencari cari sesuatu di kantongnya dan dompetnya, duitnya kurang buat bayar SPP dan mendapat protes dari petugas dan orang yang antri di belakangnya .Tiba-tiba saja Mutiara yang kebetulan sedang melakukan pembayaran di loket seblah menawarkan bantuan.
Soundtrack Mengecil
MUTIARA:
“duitnya kurang ya??”
COWOK:
“eh ya tapi tadi ada sih ada saya taro di kantongku.. gmana nih duitku gak cukup buat bayar SPP mana hari ini terakhir lagi”
MUTIARA:
(mengeluarkan sesuatu dari isi dompetnya)
“nih pake aja dulu, gantinya ntar aja”
COWOK:
“aduh mbak makasih banyak yah!! Tapi ini gak pa pa kan kalo aku balikin kapan kapan,
MUTIARA:
“gak dibalikin juga gak pa pa koq, kita kan satu jurusan sante aja”
COWOK:
“ooh untung ada mbak, kalo tidak, saya gak tau apa kata orang tuaku di kampung kalau tau sebenarnya sebahagian uang SPP yang telah dia berikan saya gunakan untuk mentraktir cewek cewek nonton!!!!, makasi yah...makasi....” Mbak MuTiara ibarat Dewi Kwan Im bagiku
MUTIARA:
Tersenyum maklum
“ah biasa saja....”
Insert Tiara pergi meninggalkan loket diiringi tatapan kagum oleh beberapa mahasiswa yang sedang mengantri
itulah yang selalu keluar dari mulutnya ketika ada orang lain yang memujinya.
Mutiara senantiasa hadir bila ada orang mengalami kesusahan atau membutuhkan bantuan
dan disitulah pertama kali aku melihatnya......
Soundtrack :Accidently in Love “Counting Crows”
Mutiara sedang mengikuti Bakti sosial di sebuah daerah kumuh dan pada saat yang bersamaan Bimo sedang Hunting foto juga di daerah tersebut. Secara tak sengaja ia tertarik pada objek Mutiara hingga memotretnya berkali kali secara ekstrim. Insert Gambar Mutiara mendapati dirinya sedang menjadi target lensa kamera Bimo dan ia hanya melemparkan senyum tipis membuat Bimo seperti orang yang terkena peluru nyasar dan terjungkal ke dalam kanal
cut to Gambar Mutiara sedang memberi handuk kepada bimo dan memberi satu stel pakaian untuk BAKSOS kepada Bimo.
CUT TO:
34. INT. KANTIN: DAY
Sound Track : Sally “Peter Pan”
Seorang cewek membawa pesanan makanan menuju sebuah meja. Seorang cewek berbalik mengarah ke kamera setelah menjelaskan sesuatu kepada sahabatanya.
Ini dia cinta pertamaku.
Namanya.......
Ada seorang cewek yang memanggil namanya. Ia berbalik dan mereka langsung cipika-cipiki.
CEWEK I:
“Sheila..!!!!!”
Sheila berbalik dan tersenyum.
SHEILA :
“hai..!!!! pa kabar???, dari mana aja koq gak pernah muncul??”
Si cewek langsung duduk disamping Sheila.
CEWEK I:
(sambil meletakkan tasnya di atas meja)
“biasa sibuk skripsi, ntar lagi kan ujian meja”
baginya hidup ini hanya sekali jadi harus dinikmatin... satu hal yang membuatku tidak bisa melupakannya yaitu dengan seringanya kami melakukan hal-hal yang gila.......
CUT TO:
35. INT. RUMAH BERNYANYI: DAY
Karaoke bareng
CUT TO:
36. INT. GAMEZONE: DAY
Main game
CUT TO:
37. INT. DIATAS GEDUNG: DAY
Nongkrong bareng di atas gedung melihat sunset
Tunggu dulu.........aku kenalan pertama kali dengan Sheila di......
CUT TO:
Musik Menghilang
38. INT. VIDEO EZY: DAY
Bimo terburu-buru masuk di sebuah rental vcd, ia mencari film the inside man.
BIMO:
“mbak! The inside mannya ada??”
PELAYAN VCD:
(sambil menunjukkan ke samping kanan bimo)
“nih baru aja dipinjem sama mbaknya”
Tepat disamping bimo, seorang cewek berparas cantik (Sheila) sedang menunggu film-filmnya. Ditangannya telah ada kaset the inside man. Bimo terkejut dan.......adegan demi adegan...pun terjadi..
Sheila ternyata juga seorang gila film. Koleksi film-film di raknya lumayan, mulai dari yang bajakan hingga yang asli. Mulai dari film hollywood hingga film bollywood. Salah satu sutradara favoritnya adalah spike lee yang juga sama denganku. Really i’dont believe it!!!
Setelah melakukan negosiasi akhirnya ia mendahulukan aku meminjamnya. Tapi dengan syarat, harus menjawab tiga pertanyaan darinya...
SHEILA:
“siapa sutradara dari film ini?”
VO Bimo :Dan tentunya aku sudah tahu
BIMO:
“spike lee, next question!!”
SHEILA:
“dari mana asalnya?”
BIMO:
“afro-amerika, last question??”
SHEILA:
“mmm....sebutkan salah satu filmnya yang mendapat pengahargaan di......?”
VO Bimo : Saya nggak menyangka Sheila begitu tau tentang sutradara ini.
BIMO:
“ok...film ini juga yang.............judulnya do the right thing!!!!”
Sheila hanya tersenyum.
VO Bimo : Bingo!!! Dan sejak peristiwa ini, aku dan Sheila sering jalan bareng.
Dan sejak persitiwa ini aku harus membagi waktu antara Mutiara dan Sheila.

39. EXT. PERKAMPUNGAN KUMUH: DAY
Sound Track “ Kesalahan yang Indah “ Audi Feat Numata”
Bimo dan Mutiara sedang berdua mengunjungi perkampungan kumuh dan memberi bantuan kepada orang-orang di sana.
CUT TO:
40. EXT. KANTIN: DAY
Bimo dan Sheila sedang berduaan.
CUT TO:
41. EXT. KORIDOR KAMPUS
Bimo sedang jalan sendiri, tiba-tiba muncul Mutiara dari arah kanan dan muncul Sheila dari arah kiri..
Dan disinilah sumber dari kekacauan itu..
Karena hidup selalu memberikan kejutan baru..
CUT TO:
42. INT. LARON KAFE: DAY
kini mereka telah dipertemukan, sebuah pertemuan yang seharusnya jangan pernah terjadi buat tipe laki-laki sepertiku...
jika kau bertanya mengapa pertemuan ini terjadi aku tidak bisa menjawab...
Jantungku berdegup kencang,
SE : Suara jantung yang berdetak kencang
CUT TO:
43. EXT. PACUAN KUDA: DAY
lebih kencang dari pacuan kuda .....
CUT TO:
44. INT. GAME ZONE: DAY
lebih kencang dari Roller coaster
CUT TO:
45. EXT. SIRKUIT GP: DAY
moto gp,
CUT TO:
46. EXT. SIRKUIT F1: DAY
F1,
47. insert film flash gordon sedang berlari
“hingga flash gordon”
CUT TO BACK:
48. INT. LARON KAFE: DAY
Ini adalah bagian terberat dalam hidupku...
Bimbang, ragu, gelisah, takut, sayang, benci, cinta, harapan, ibarat adonan kue yang diaduk dengan MIXER
Seorang KOKI kafe sedang menggunakan MIXER.....
pikiranku terpecah belah...
(seorang pelayan sedang membelah semangka)
mereka telah mengambil 1/3 bagian isi dari kepalaku....(seorang pelayan sedang mengeluarkan isi Alpokat untuk dijadikan Juz)
hidupku jadi berantakan...(Alpokat dimasukkan ke dalam blender dan dibuat hancur berantakan)
membuat isi kepalaku ingin meledak....
Cut To “plushshshshs....!!!!!!!!”
BCU botol minuman soda terbuka, seorang pelayan baru saja membukanya dan menuangkannya ke dalam gelas.
Aku terdiam....
kami terdiam....
hening...
tenang...
sepi dan sunyi....
bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi setelah ini...
mencoba berpikir jernih....
mengedepankan logika....
membunuh perasaan....
Aku kehabisan kata-kata...
tak bisa bicara.....
menatap mereka silih berganti....
Aku merasa aku menjadi bagian dari the death of social.....
Aku nggak tahu apa yang ada di isi kepala Mutiara, juga Sheila....
sepertinya mereka marah
sangat marah...
sepertinya mereka membenciku.....sangat benci..seperti aku membenci MLM, penjual bazar, stiker, kalender, dosen yang sibuk menjadi selebritis dan jarang masuk ngajar (insert Republik Mimpi CU effendi gazali) mati kiri, , sweeping kendaraan yang merangsang polisi untuk korupsi berjamaah,(insert suasana sweeping)hingga duduk di kursi pembicara dalam sebuah Angkot (insert Bimo sedang duduk di kursi pembicara dalam sebuah angkot sembari ditatapi semua penumpang dan ada di antara mereka yang berbisik bisik seolah olah membicarakan Bimo -BCU ekor mata Bimo menangkap gelagat tersebut)
Cut To :
Kafe
BCU Ekor mata Bimo memandang Mutiara dan Sheila secara bergantian
Mutiara tetap terlihat dewasa.....
Sheila tetap anggun......
Dan aku semakin hancur...
Kini tiba saatnya aku harus memilih.....
“Aku cukup sadar, bahwa aku tak mungkin memiliki keduanya, Aku juga tak bisa jika tidak memilih....
Black screen
Yang kupilih adalah yang terbaik buat kita semua”
Sound effects
Tamparan di pipi 2x
bunyi lemparan air
suara kursi yang digeser
sound track : “ aku cinta kau dan dia” Ahmad Band
Sheila kemudian pergi di susul oleh Mutiara. Ekspresi bimo menahan sakit dan sedih. Para pengunjung kafe dan pelayan menatap tajam ke arahnya. Tiba-tiba Sheila balik dan menamparnya sambil menghabiskan minumannya lalu pergi kembali. Bimo semakin terpuruk. Tiba-tiba pelayan datang sambil menyerahkan bon kepada bimo. Bimo berdiri dan membanting meja yang ada di hadapannya melihat gelagat itu pelayan memberi Bon baru sebagai pengganti kerusakan.
49. EXT.DI ATAP GEDUNG: AFTERNOON
bimo seorang diri terdiam dan merenungi nasibnya...
CUT TO:
55. EXT. JALAN RAYA: NITE
1. kesibukan lalu lintas jalan raya menjelang malam hari.(mobil,
motor dan orang-orang yang lewat)
2. lampu merah jalan
3. papan-papan reklame
4. neon box yang mulai menyala
5. deretan lampu jalanan
CUT TO:
56. EXT. JEMBATAN PENYEBRANGAN: NITE
Bimo berdiri sendirian diatas jembatan penyebrangan.
CUT TO:
Bimo turun dari jembatan penyebrangan
VO
2 hal penting yang harus aku lakukan sejak semuanya ini berakhir melanjutkan hidupku dan mengambil pelajaran dari semua ini
kita tidak pernah tau, bahwa mungkin orang-orang yang kita jumpai setiap hari selama ini salah satu diantaranya adalah jodoh kita.
Sound Track : I’LL Be “ Eric B.Mclain

Black screen Credit Title

Jumat, 05 September 2008

Rabu, 03 September 2008

Menafsir Politik, Menyingkap Makna (Bravo Bung Syaiful ) * taken from MYD


SAIFUL Mujani di mataku adalah pengamat politik yang hebat. Cara berpikirnya jernih dan tidak mau terjebak dengan fenomena politik yang gampang berubah. Fenomena yang gampang berubah itu, hanyalah di permukaan dari realitas yang sebenarnya. Jika potongan fenomena politik itu diibaratkan sekeping puzzle, maka Saiful sanggup menautkan semua puzzle itu menjadi satu bangunan yang jelas dipahami. Ia bisa menyingkap makna dan membuka mata publik apa sesungguhnya yang terjadi. Saya menarik kesimpulan itu setelah menyaksikan komentarnya dalam Today’s Dialogue di Metro TV beberapa malam yang lalu, setelah sebelumnya aku pernah melihatnya mengajar sebagai dosen tamu pada program komunikasi politik UI.
acara dialog pada malam itu menghadirkan pembicara dari PDI (saya lupa namanya), Fahri Hamzah (PKS), serta Priyo Budi Santoso (Golkar). Sejak awal, saya sudah jenuh dan muak ketika masing-masing pembicara itu membahas rencana koalisi. Semua berapi-api membahas fenomena kedatangan Taufik Kiemas ke hajatan Golkar, kemudian Kiemas ke PKS. Semua pembicara itu sama mengatakan bahwa rencana koalisi itu demi membentuk pemerintahan yang stabil, demi menguatkan agenda kepentingan rakyat.
Yang paling bersemangat adalah Fahri Hamzah dari PKS. “Sudah saatnya kita meninggalkan kategorisasi politik yang sudah usang dari antropolog Clifford Geertz yang melihat abangan santri dan priyayi. Kategori aliran ini kemudian diterjemahkan Herbert Feith menjadi Islam, nasionalis, serta moderat. Kategori ini sudah usang dan memecah-belah kekuatan politik kita. Buktinya, PKS yang berhaluan Islam bisa duduk bersama Golkar serta PDIP yang berhaluan nasionalis. Marilah kita melakukan redefinisi dan membumikan kategori politik tersebut. Buktinya, kekuatan politik bisa bersatu,” katanya dengan semangat.
Saya agak tertegun mendengar komentarnya. Saya rasa semakin ia mengkritik Greetz, semakin ia terjebak dalam kategori yang diciptakan Geertz. Bahasanya mengkritik, namun sesungguhnya hanyalah sebuah afirmasi atau pembenaran tentang watak politik kita yang terbelah dalam beberapa kekuatan. Tiba-tiba ia bicara tafsir koalisi.
Apa komentar Saiful? “Saya kira itu cuma permukaan saja. Partai politik kita suka kumpul-kumpul tanpa agenda yang jelas. Mereka suka bikin kerumunan, tanpa tahu hendak di bawa ke mana bangsa ini. Jujur saja, mereka cuma mau dagang sapi saja kok. Saya kira, wacana koalisi itu berawal dari kekhawatiran bahwa mereka akan kalah dalam Pemilu mendatang. Mereka mau menyatukan kekuatan demi menantang SBY dalam pemilihan mendatang,” katanya.
“Tapi Pak Saiful, PKS punya agenda dan warna yang jelas demi meningkatkan kesejahteraan umat,” kata Fahri
“Ah, itu kan cuma menjadi jargon saja di permukaan. Selalu saja ada jarak antara visi ideal dan praksisnya di lapangan. Hari ini menyatakan mendukung wacana ekonomi kerakyatan, tiba-tiba besoknya mendukung kebijakan pemerintah yang menerima kenaikan harga BBM. Itu kan sama saja bohong kepada publik. Trus pernyataan yang mengatakan partai politik duduk bersama, itu makin menunjukkan tidak jelasnya partai. Kalau semua sama, ngapain bikin partai beda. Mendingan dibubarkan saja dan gabung dalam satu bendera. Mestinya visi dipertegas dalam tindakan,” kata Saiful
“Koalisi ini bukan untuk kepentingan pragmatis. Kami mau membangun rencana jangka panjang,” kata Priyo dari Golkar.
“Sebagai rakyat, kita tidak pernah menyaksikan koalisi yang permanen dan bertahan lama. Pemilu lalu, Golkar mendukung Mega sebagai presiden. Tiba-tiba, begitu Mega kalah dan SBY yang menang, Golkar berbalik haluan dan mendukung SBY. Sebagai rakyat, kita terus saja dibohongi partai politik yang sibuk kumpul-kumpul tanpa agenda yang jelas. Saya kira semuanya didorong oleh kepentingan pragmatis dan sesaat untuk Pemilu saja,” kata Saiful. Yang paling jelas adalah PDIP. Kami menolak kenaikan BBM dan menolak impor beras,” kata tokoh partai PDIP.
“Saya kira sama saja. Pada zaman Mega jadi presiden, harga BBM juga dinaikkan,
Tapi waktu itu kan tidak seberapa,” lanjut tokoh PDIP itu.
“Sama saja kok. Malah, sekarang rakyat dapat kompensasi. Sementara dulu sama sekali tidak ada. Saya kira anda semua cuma bermain pada retorika saja kepada rakyat. Mendingan, koalisi ini buka-bukaan saja. Kalian terus-terang saja apa maunya. Kalau Golkar mau majukan ketuanya sebagai presiden, yah dikomunikasikan saja sama PDIP. Demikian pula PDIP, kalau mau ngincar Pak Kalla jadi wapres, buka-bukaan saja. Nggak usah berlindung di balik retorika kepentingan rakyat. Saya kira itu lebih fair kepada rakyat,” kata Saiful.(*MYD)