•Scenario adalah sebuah gambaran yang konsisten tentang berbagai kemungkinan (keadaan) yang dapat terjadi di masa yang akan datang.
•An internally consistent view of what the future might turn out to be (Michel Porter);
•A tool [for] ordering one’s perception about alternative future environments in which one’s decision might be played out right (Peter Schwartz)
•That part of strategic planning which relates to the tools and technologies for managing uncertainties of the future (Gill Ringland)
•A disciplined method for imaging possible futures in which organizational decisions may be played out (Paul Shoemaker)
•Jadi scenario bukanlah sebuah forecasting dalam pengertian bukanlah sebuah proyeksi masa
depan dari data yang ada pada masa kini.
•Scenario juga bukan merupakan sebuah visi (vision), yaitu kondisi masa depan yang diinginkan
(a desired future).
•Jadi scenario adalah jawaban dari pertanyaan “Apa yang dapat terjadi?”, atau “Apa yang akan
terjadi jika……..?”.
•Dalam scenario dimasukkan unsur resiko, berbeda dengan forecasting dan vision yang tidak
memasukkan unsur resiko.
Langkah2 Membangun Scenario
1.Identifikasi focal issue (focal concern) or Decision Identifikasi isu utama atau masalah utama
yang akan menjadi fokus untuk dijawab atau diambil keputusannya.
contoh:
Bagaimana peran atau posisi TNI tahun 2030 di Indonesia?
2. Identify key forces (di Indonesia kawasan regional) Langkah kedua ini adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi peran TNI di masa yang
akan datang (2030). Misalnya: kehidupan demokrasi, perkembangan Islam radikal, gerakan
separatisme, konflik etnis dan agama, krisis energi, krisis lingkungan, terorisme (dalam negeri
dan internasional) dstnya
3. Identifikasi Driving Forces (Change drivers) Identifikasi kekuatan yang dapat mendorong
perubahan-perubahan yang berkaitan dengan key forces di atas. Secara umum dalam
Konteks ilmu-ilmu sosial dan ilmu politik, driving forces yang acapkali teridentifikasi adalah
faktor sosial, faktor politik (sos-pol), dan faktor ekonomi
4. Identify Uncertainty : Langkah ini mencoba mengidentifikasi ketidakpastian dari berbagai hal
yang erat kaitannya dengan ketiga driving forces di atas (sosial, politik dan ekonomi).
Misalnya, apakah laju pertumbuhan penduduk akan konsisten ataukah ada kebijakan baru
yang bersifat sangat drastis untuk menahan laju pertumbuhan penduduk. Apakah terjadi
terobosan teknologi sehingga sangat mudah untuk mengidentifikasi dan memberantas
terorisme internasional? Apakah proses demokratisasi berhasil dengan baik? Apakah ada
terobosan terhadap krisis energi?
5. Selecting the Scenario Logic : Susunlah logika scenario melalui penelitian kualitatif terutama
melalui wawancara mendalam atau dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk
mendapatkan scenario dengan alternatif-alternatif-nya secara logis.
6. Fleshing Out the Scenario : Tahap ini merupakan tahap penguatan scenario. Pada tahap ini
penulis scenario dapat menambahkan berbagai data sekunder dan trennya untuk
memperkuat berbagai pendapat dari nara-sumber dan para ahli yang sudah didapat dan
ditulis pada tahap sebelumnya.
Metode Penelitian Yang Dipakai
Dalam rangka penulisan scenario metode yang dapat dipakai beragam.
1. Media-based Methods
a. Media scanning
b. Media Watch
c. Content Analysis
2. Interview-based Methods
a. Delphi Survey
b. Depth structured Interview
c. Focus Group Discussion
d. Expert Panels
e. Executive panels
3. Systems Methods
a. System modeling/dynamic simulation
b. Cross-Impact Analysis
Scenario yang telah terbentuk dengan berbagai alternatifnya kemudian digunakan untuk menggambarkan tantangan bagi organisasi yang berkepentingan dengan scenario yang ditulis. Gambaran dari tantangan tersebutlah bersama-sama dengan penilaian terhadap kondisi organisasi yang ada dipakai untuk menetapkan strategi apa yang akan dibuat bagi kepentingan organisasi untuk tetap bertahan (exist).
Contoh:Scenario Indonesia 2025
1.Pertanyaan Strategis (focal concern/focal issue)
Bagaimanakah keberadaan dan peran pemerintah yang diharapkan menyongsong tahun
2025?
2. Daya Dorong Perubahan (Driving Force)
a. faktor sosial-politik
b. faktor ekonomi
a. Faktor sosial-politik mencakup sejumlah
keadaan (key forces) yaitu kohesi sosial, keberadaan civil-society, kondisi demokrasi.
b. Faktor ekonomi mencakup keadaan (key
forces) demografi, angkatan kerja dan
pengangguran, kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi
1. Kohesi Sosial : Sejak reformasi tahun 1998 banyak masyarakat berharap akan terjadi
perubahan kehidupan ke arah yang lebih baik. Namun nyatanya harapan tersebut tidak
pernah muncul secara berarti. Hal ini mengakibatkan masyarakat kehilangan kesabarannya
terhadap masa transisi. Bahkan dalam banyak kasus terlihat adanya frustasi yang
mendalam. Banyak terjadi tindakan menghakimi sendiri, demo secara brutal, konflik horizontal
• Masa transisi telah membawa masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang tidak perduli
akan kepentingan orang lain. Ketidakpedulian tersebut dapat saja dalam berlalu-lintas,
pedagang yang memakai zat pewarna atau formalin dalam makanan, pedagang kaki lima yang
memacetkan jalanan, anak sekolah atau mahasiswa yang tawuran, konflik antar kelompok
yang sedang pro atau kontra terhadap sebuah kebijakan, berkaitan dengan birokrat dengan
etika kerjanya, berkaitan dengan wakil rakyat yang lebih mementingkan partainya dan
kelompoknya, berkaitan dengan pilkada yang penuh dengan kecurangan, kemarahan
komunal yang diikuti dengan pembakaran, proses hukum yang cendrung
melibatkan uang, dstnya.
Berbagai gejala di atas dapat dikategorikan sebagai social and law disobedience, dan masih merupakan kecenderungan yang sampai saat ini masih terus terjadi secara kuat. Tambahan pula belum terlihat adanya usaha untuk meredamnya melalui berbagai kebijakan pemerintah.
Para pakar sosial mengatakan bahwa keadaan seperti ini disebabkan karena kohesi sosial berada pada derajat yang sangat rendah.
•Kondisi di atas merupakan suatu keadaan yang sangat jauh dan bertentangan dalam konteks
proses terbentuknya civil society di Indonesia.
•Kondisi sosial lainnya adalah rendahnya kualitas pelayanan pendidikan dan pelayanan
kesehatan
2. Kondisi Demokrasi : Perkembangan demokrasi di Indonesia belum menyentuh demokrasi
substansial, masih pada proses. Wakil rakyat masih bekerja untuk kepentingannya sendiri,
demikian pula berbagai kebijakan yang dibuatnya belum berorientasi pada kepentingan
publik, meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat banyak
3. Faktor Ekonomi : Pada saat ini jumlah orang miskin dan jumlah pengangguran cukup tinggi.
Pertumbuhan ekonomi tidak setinggi yang telah ditetapkan, inflasi cukup tinggi, terjadi krisis
minyak bumi, krisis enerji, krisis lingkungan hidup (hutan), serta krisis pangan.
Di pihak lain di lihat dari berbagai indikator Indonesia saat ini sangat tertinggal dari negara-
Di pihak lain di lihat dari berbagai indikator Indonesia saat ini sangat tertinggal dari negara-
negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.
• Kesimpulannya adalah Indonesia akan menghadapi potensi konflik baik horizontal maupun
vertikal secara sangat serius pada tahun 2025 jika berbagai kecenderungan yang telah
digambarkan di atas terus terjadi tanpa dapat dicegah.
Contoh Scenario 2 :
• Studi yang dilakukan oleh RAND Corporation pada tahun 2003 memperlihatkan sejumlah
scenario yang mungkin muncul di Indonesia di masa yang akan datang.
• Terdapat sedikitnya 6 Scenario, masing-masing adalah: Democratic Consolidation, Muddling
• Terdapat sedikitnya 6 Scenario, masing-masing adalah: Democratic Consolidation, Muddling
Through, Return to Authoritarian Rule, Radical Islamic Influence Or Control, Radical
Decentralization (Federalism), Disintegration
1. Scenario Democratic Consolidation
•Merupakan scenario terbaik bagi Indonesia. Dapat terjadi jika Indonesia terus
mengembangkan demokrasi yang bersifat sekuler; membuat sejumlah kemajuan yang
signifikan pada sejumlah masalah ekonomi yang bersifat sangat krusial; dan terus
mengembangkan otonomi daerah yang memuaskan daerah tanpa kehilangan kontrol
pemerintah pusat terhadap kebijakan ekonomi makro.
• Dalam hubungan sipil-militer, terdapat kontrol sipil terhadap militer melalui menteri
pertahanan dan parlemen.
• Jika pertumbuhan ekonomi dapat lebih baik dan berbagai sumber daya tersedia, maka
• Jika pertumbuhan ekonomi dapat lebih baik dan berbagai sumber daya tersedia, maka
berbagai pengeluaran militer dapat dibiayai dari APBN dan bukan dari sumber-sumber off-
budget. Dalam waktu dekat sulit mengharapkan militer sepenuhnya keluar dari kegiatan
ekonominya, namun pengelolaan bisnis militer dapat dilakukan secara lebih transparan.
2. Scenario Muddling Through
•Scenario kedua ini dibangun dari berbagai tren yang ada. Indonesia terus melangkah dalam
jalur demokrasi, namun gagal dalam menuai kemajuan yang signifikan secara ekonomi, politik
dan reformasi militer.
3. Scenario Return to Authoritarian Rule
•Scenario ini muncul jika scenario muddling through memburuk. Secara ekonomi, politik dan
sosial tidak terjadi kemajuan yang signifikan sehingga kekuatan lama yang otoriter dapat
masuk lagi.
4. Scenario Radical Islamic Influence Or Control
Pengambilalihan pengaruh politik yang didasarkan oleh pemikiran kelompok Islam radikal
merupakan sebuah scenario yang mungkin terjadi. Namun merupakan scenario dengan tingkat
kemungkinan kecil. Tren radikalisme terlihat pada sejumlah kelompok kecil, namun sebagian
besar (mayoritas) umat Islam di Indonesia justru mempunyai sikap moderat dan tidak
mensuport radikalisme.
•Bagaimanapun scenario ini perlu menjadi perhatian mengingat terlihat adanya pengaruh Islam dalam politik dan manifestasi yang lebih nyata seperti perilaku religius dimuka umum.
5. Scenario Radical Decentralization
•Tekanan dari daerah yang mengakibatkan Pemerintah Pusat menjadi lemah dapat membuat
otonomi khusus yang diberikan kepada Aceh dan Papua direplikasikan ke seluruh daerah di
Indonesia. Pada akhirnya dapat saja Pemerintah Pusat kekuasaannya sangat terbatas hanya
pada 5 bidang kewenangan saja. Negara Indonesia seperti ini akan menjadi Negara yang
lemah, tidak stabil. Contoh yang ada adalah Yugoslavia, Soviet, Cekoslovakia, dan Nigeria.
6. Scenario Disintegrasi
•Scenario ini merupakan scenario terburuk bagi Indonesia.
•Scenario ini dapat terjadi jika Pemerintah semakin lama semakin lemah dan muncul kondisi
•Scenario ini dapat terjadi jika Pemerintah semakin lama semakin lemah dan muncul kondisi
keos. (chaotic conditions). Sampai tingkat tertentu keadaan ini telah terlihat di beberapa
daerah. Pemerintah daerahpun merasa tidak ada gunanya lagi mempunyai hubungan yang
baik dengan Jakarta.
•Scenario ini juga dapat terjadi jika terjadi perpecahan dalam tubuh militer. Hal ini sangat
•Scenario ini juga dapat terjadi jika terjadi perpecahan dalam tubuh militer. Hal ini sangat
mudah menjalar ke dalam masyarakat sipil yang juga mempunyai potensi perpecahan.
•Disintegrasi dapat terjadi bila ada kekacauan berskala besar.
•Disintegrasi dapat terjadi bila ada kekacauan berskala besar.
Membangun Strategy (Scenario Planning)
•Jika scenario telah selesai dideskripsikan dan tantangan telah dirumuskan, maka langkah berikutnya adalah merumuskan strategi yang harus dibangun dan dijalankan, agar scenario buruk yang mungkin terjadi dapat dihindari.