Jumat, 09 Mei 2008

KERANGKA AKUNTABILITAS MEDIA


Kerangka Akuntabilitas Media merupakan tindakan menangani dugaan-dugaan, mengemukakan tanggung-jawab dan bagaimana tuntutan-tuntutan diekspresikan. Kerangka juga memberikan indikasi untuk menyeleksi klaim-klaim yang layak diselesaikan / ditangani. Banyaknya jenis klaim yang potensial terjadi terhadap publikasi media kemudian mengkondisikan sejumlah alternatif pendekatan dalam menerapkan kerangka akuntabilitas media menurut Dennis Mc. Quail’s:


Law & Regulation
Regulasi formal membangun dan menentukan struktur perusahaan media (elektronik & cetak) yang jelas agar efektif menjalankan fungsinya dengan baik. Keunggulan menggunakan alternatif ini adalah ; Pertama, media mempunyai kekuatan hukum yang jelas dalam menghadapi klaim, karena di ‘back up‘ oleh regulasi, hukum, dan kebijakan yang kuat. Kedua, juga terdapat kontrol yang demokratis melalui sistem politik, yang menyudahi dan menjadi alat memeriksa penyalahgunaan kekuasaan. Ketiga, kejelasan ruang lingkup regulasi yang membatasi dan menghindari penyimpangan kebebasan.
Kendala dari menggunakan alternatif pendekatan Law & Regulation; Pertama, rentan konflik, terutama antara itikad menjaga kebebasan berekspresi dan membuat akuntabilitas media. Kekuatiran terhadap sanksi hukum/regulasi berjalan seiring sensor internal meskipun hal ini tidak dibenarkan. Kedua, lebih mudah diterapkan dalam struktur daripada dalam conten ketika definisi sulit dibentuk dan munculnya kebebasan berekspresi. Ketiga, umumnya menguntungkan pihak berkuasa dan pemodal. Keempat, hukum dan regulasi selalu sulit untuk ditegakkan, sulit memprediksi efek jangka panjangnya serta sulit dirubah jika sudah ‘out of the date’.


The Market Frame
Adalah penjelasan singkat dari sistem Suply dan Demand. Media memberikan publikasi berdasarkan apa yang sedang diminati oleh publik. Publik bebas memilih dan pilihan mereka memberikan ‘sign’ atau pertimbangan-pertimbangan bagi media dengan tujuan efisiensi. Keunggulan dari market frame, Media dituntut untuk kreatif dan peka terhadap kepentingan publik. Kendala dari menggunakan alternatif market frame ; Pertama, media mempunyai otoritas melakukan sistem regulasi sendiri, yang sangat memungkinkan komersialisasi media. Kedua, sangat potensial memunculkan monopoli media, golongan dengan power/finansial yang kuat akan semakin berpeluang menguasai pasar.

The Frame of Public Responsibility
Karena media merupakan sebuah intitusi sosial maka media seharusnya bertugas menjaga hubungan langsung dengan publik. Dalam hal ini media berperan sebagai wadah penyaluran aspirasi masyarakat. Selain itu, Organisasi media juga merupakan intitusi sosial tempat bertemunya banyak komitmen profesional (baik secara sukarela maupun sebaliknya) yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama perusahaan, memperoleh keuntungan dalam bisnis media. Keunggulan dari alternatif ini; Pertama, memberi kesempatan kepada publik untuk menyuarakan aspirasi secara langsung sehingga publikasi akan lebih demokratis dan objektif. Kedua, membuka peluang kerja. Kendalanya adalah, banyak media yang menolak statusnya sebagai ‘wakil’ masyarakat dengan mengatasnamakan kebebasan media.

Frame of Profesional Responsibility
Akuntabilitas yang muncul dari kebutuhan adanya ‘self-respect’ dan kode etik dikalangan professional media. Yang kemudian kebutuhan pembuatan standar kinerja yang baik diantara kalangan professional tersebut. Standar tersebut termasuk prosedur untuk mendengarkan dan menilai sebuah tuntutan dan keluhan terhadap suatu kegiatan/publikasi media. Umumnya berurusan dengan potensi kerugian/bahaya yang muncul dari aktifitas media terhadap individu/kelompok masyarakat tertentu. Profesionalisme dalam media seringkali didukung oleh pemerintah, lembaga publik lainnya serta pengembangan pendidikan/pelatihan media.


Keunggulannya, akuntabilitas media dapat bekerja dengan baik menginggat pekerja media akan dipandu dan dapat bekerja dengan tanggung-jawab professional. Pendekatan ini mengakomidir unsur kerelaan kaum professional maupun unsur kepentingan perusahaan media. Sehingga tidak bersifat koersif dan menyemangati pengembangan kompetensi / kepribadian individu professional. Kendalanya, profesionalisme sulit berkembang karena pada umumnya pekerja media mempunyai sedikit otonomi dalam manajemen media. Pengambilan kebijakan publikasi media secara signifikan masih belum bisa dipengaruhi oleh profesionalisme, tetapi lebih didominasi oleh pemilik media.